Monday, November 19, 2012

merbabu aku padamu

Gunung dengan tinggi 3145dpl ini udah ngebuat gua jatuh hati sama puncaknya.


Mendaki gunung? Indah dikenang namun tak ingin diulang kembali di tempat yang sama. Inginnya, bisa menapaki puncak-puncak yang lain yang belum dijamah.

fritz, kak septiana damayanti, gua

Kembali pada alam, sebuah kata yang bukan hanya sekedar ucapan, mamasuki area pendakian dunia menjadi sesuatu yang sangat  menakjubkan keindahannya tak terkalahkan dengan keindahan kota.
Suara binatang mengisi kesunyian. Bunyi hape gua pun silent dicekik ama sinyal yang kosong. Sore menjelang malam gua mendaki dengan rombongan mapateka dari teknik kimia ugm, cuaca cukup berkabut ga ngehalangin rombongan gua buat tetep jalan. Baru setengah jam jalan, gua udah terengah-engah, entah apa yang terbesit di pikiran gua buat turun kembali karna ngos-ngosan gakuat, tapi cemen amat gua baru setengah jam aja udah nyerah, mana jiwa pangsar soedirman gua....

Oke, hari semakin gelap, hujan yang tadinya cuma rintik-rintik berubah jadi segedhe jagung. Selama ada mantol indomaret seharga 7ribu perjalanan tetep berlanjut. Jalanan terjal licin, gua sama salma dengan gigih bertangankan batang pohon meneruskan perjalanan. Apes, gua sama salma tertinggal rombongan depan maupun belakang. Apes lagi, senter yang dibawa ama salma mati di tengah jalan. Gua sama salma berusaha mempercepat pendakian biar setidaknya ngeliat penampakan rombongan depan. Satu jam berlalu gua sama salma ketinggalan rombongan, akhirnya dipertemukan lagi. Oke gua kedinginan, sarung tangan gua basah beserta slayernya.
semua jadi kelihatan aslinya ketika di atas gunung
Jiwa kemanusiaan sangat diuji pada keadaan yang sangat urgent, semua itu alami, ga bisa dibuat-buat.
percaya bahwa Tuhan akan selalu ada untuk kita
Cuma butuh keyakinan yang didasarkan pada ucapan dalam hati, gua yakin Tuhan akan selalu ada disaat gua kesulitan dengan licinnya jalur pendakian. Kepleset meluncur, ga satu atau dua kali, berkali-kali sudah. Cuaca semakin dingin, amat dingin.

Sampai pada camp tempat peristirahatan, angin bukan hanya sepoi-sepoi lagi, tapi ngebawa air hujan yang dinginnya ga karuan. Abang kakak mapatekanya bener-bener hebat, kalo perlu jempolnya pak SBY empat-empatnya diacungin! Tendanya nyaman pake banget. Dingin tetep menembus kulit, pikiran gua udah hipothermia, gua tidur dengan tidak sangat indahnya karna dingin yang ngegabut gini.

Oke lupakan semalam. Hari ini agendanya adalah melanjutkan pendakian hingga puncak. Indah, ada ukiran love di sabana sebelah.

Lagi-lagi kedinginan. Tangan gua keram saking dinginnya. Darah B memang menghangatkan, tangan saktya anget banget walaupun ga pake sarung tangan, beda banget ama gua, udah pake 2 sarung tangan masih aja kedinginan. Dibantu, lagi-lagi dibantuin sama temen-temen abang kk mapateka, ga diragukan mereka memang tangguh parah.

menuju puncak

Bahagia bercampur kedinginan ketika udah sampai puncak. Merasakan kedekatan hati ini dengan sang pencipta :)








atas(kiri-kanan) salma, indah, agung, saktya, mas gangsar, fritz, 
kak septiana, gua, kak nelliza, sari, mas fajar
bawah(ki-ka) vito, mas jessie, linovri, mas ardhiyan
untuk menuju puncak itu kita naik secara perlahan-lahan dan butuh pengorbanan serta hati-hati, begitu dengan sukses, untuk meraih kesuksesan itu harus ditempuh dengan pengorbanan dan naik perlahan-lahan secara hati-hati. - mas qubah

alam tidak akan menghianati hati yang mencintainya - 5cm

Selamat jalan simbah buyut....

Rabu, 21 Maret 2018 Sore ini, menjelang buka puasa, keluarga gua, keluarga pakdhe, keluarga bulek berencana untuk menjenguk simbah buyut y...