RATAPAN ANAK TIRI
SCENE 1
Ario : (Mengerang kesakitan)
Tiba-tiba datanglah Falah dan Rharha sembari menendang dan memukul menggunakan sapu dan kemoceng kepada Ario.
Falah : “Dasar anak tidak tahu di untung! Pergi sana!”
Rharha : “Tidak tahu malu kamu! Tidak pantas kamu berada disini!”
Lalu Ario melarikan diri dari Ibu dan saudara tirinya.
SCENE 2
Beberapa bulan sebelumnya…. Di sebuah kota metropolitan, di sebuah rumah pengusaha kaya yang baru saja kehilangan istri tercintanya.
Ario : (terisak tangis) “Ibu.. Kenapa engkau begitu cepat meninggalkan aku dan ayah
disini!”
Fauzan : (dengan nada menenangkan) “Sabar Nak, tidak apa-apa Nak, semua itu pasti
ada hikmahnya, ibu di surga pasti juga menginginkan kamu bahagia Nak!”
Ario : “Tapi… Ayah…! Aku masih membutuhkan seorang ibu untuk ada
disampingku, Ayah.”
Fauzan : (Sambil membawa Ario pergi) “Jangan khawatir Nak, masih ada Ayah disini
yang akan menemanimu.”
SCENE 3
Pada suatu hari yang cerah, sang pengusaha kaya berjalan melewati seorang janda muda dengan seorang anaknya di dalam mall.
Fauzan : (lewat dengan gaya cool)
Falah : (memasuki pertokoan) “Nak, Nak, sini deeeeeh!”
Rharha : “Iya Ma, kenapa?”
Falah : (selagi asik melihat-lihat baju) “Lihat Nak! Siapa yang lewat!”
Rharha : “Ehmm… Itu bukannya pengusaha kaya yang baru saja ditinggal mati sama
Istrinya ya Ma?”
Falah : “Iya betul Nak! Pasti kamu mau punya papa baru kayak dia!”
Rharha : “Yaiyalah Ma, ntar aku bisa ke salon tiap hari, belanja ke mall tiap hari,
Nongkrong di café-café ellit tiap hari Ma! Tapi… Gimana caranya Ma?”
Falah : “Oh, mama punya cara jitu supaya dia bisa menjadi suami mama, mama punya
Kenalan yang bisa ngebantu kita. Yuk lebih cepat lebih baik, chap chuuus!”
SCENE 4
Pada suatu malam di rumah kenalan janda tersebut…
Rharha : “Ma, aku takut.. kok serem sih tempatnya!”
Falah : “Tenang Nak, tidak akan terjadi apa-apa.”
Tiba-tiba keluar dukun sakti…
Acha : “Ada apa kalian kemari?”
Falah : “Be.. gi…ni… Mbah!”
Acha : “Eitss… Eitsssss… MBAAAH? Kamu kira aku sudah tua?! Panggil saya OM!”
Falah : “Gini Mbah, eh maaf maksud saya Om, maksud kedatangan kami kesini kami
Ingin…..”
Acha : “Oh saya sudah menangkap maksud kedatangan kalian kemari! Hahahaha
Kalian bermaksud memelet pengusaha kaya itu kan?”
Rharha : “Waaah, Om ini memang sakti benar yaa! Langsung bisa nangkap apa
Maksud kedatangan kami kesini.”
Falah : “Lalu apa yang harus saya lakukan Om?”
Acha : “Hah? Belum-belum sudah minta apa yang harus dilakukan? Eitss..
Eitss…. Fulus dulu dong cantik..”
Falah : “Emang berapa duit Om yang harus kami keluarin?”
Acha : “Transfer ke rekening saya 10jeti!”
Falah : “Sepuluh juta? Itu mah kecil Om, gampang.. gampang”
Acha : “Oke kalau begitu! Nanti kamu pulang lalu bertemu dengan pengusaha itu,
Lalu kamu pura-pura jual mahal saja, saya sudah beri jampi-jampi, dijamin
TOKCER!”
Rharha : “Terima kasih banyak Om!”
SCENE 5
Keesokan harinya di sebuah mall….
Falah : (Memasuki mall dan tidak sengaja menjatuhkan sapu tangan)
Fauzan : (Reflek mengambilkan sapu tangan tersebut) “Maaf nona, sapu tangan Anda
terjatuh…”
Falah : (membalikkan badan) “Oh terima kasih.”
Fauzan : (terpesona melihat janda tersebut)
Falah : (pergi meninggalkan mall) “YES!”
Fauzan : “Seperrtinya aku baru saja menemukan pengganti yang baru nih.”
SCENE 6
Hingga pada suatu saat, menikahlah pengusaha kaya dengan janda tersebut. Lalu pengusaha keya tersebut mendapatkan tugas ke luar negeri untuk beberapa saat.
Fauzan : “Ma, selama papa pergi, tolong jaga anak-anak dengan baik ya!”
Falah : “Iya Pa, semuanya pasti beres.”
Rharha : “Aku pasti bakalan kangen sama Papa.”
Fauzan : “Tenang Nak, 2 minggu itu bukanlah waktu yang lama. Jaga diri kalian baik-baik
Yaaa!”
Ario : “Iya Pa, Aku pasti kangen sama Papa juga.”
Lalu sang pengusaha kaya tersebut pergi meninggalkan anaknya pada istri dan anak tirinya.
Rharha : (melemparkan barang bawaan kepada Ario) “Nih, bawain tas mama.”
Falah : “Mulai sekarang kamu akan menderita.”
Ario : “Lhoh kok Mama gitu sama aku?”
Falah : “Kamu kan cuma anak tiriku! Dan aku hanya ingin mengambil harta milik
Ayahmu saja.”
Ario : “Tapi Ma…”
Rharha : “Udah cepet, bawain tas mama!”
Si anak memandangi kepergian Ayahnya dengan kesedihan yang mendalam.
SCENE 7
Di suatu hari dimulailah penyiksaan terhadap sang anak.
Ario : (sedang membaca majalah)
Rharha : (tiba-tiba mendorong kursi yang diduduki oleh sang anak hingga terjungkal
Jatuh ke bawah) “Eh kamu! Malah enak-enakan baca majalah! Punya otak
enggak sih? Tuh kamar mandinya kotor! Sana bersihin!!!!”
Ario : “Nggak ah males, emang kamu siapa aku?”
Rharha : “Eh ngelawan kamu ya! Aku panggilin mama nih! MAAMAAAA… MAAMAAA..”
Terdengar suara dari dalam…
Falah : “Ada apa sayang?”
Ario : “Jangan gitu Rha.. Jangaan laporin…”
Rharha : “Ini Ma, Ario nggak mau bersiin kamar mandi!”
Falah : “APAAA? Panggil Ario kesini, biar mama sendiri yang ngurus dia.”
Rharha : “Tuh sana ketemu mama.”
Ario : (berjalan kea rah kamar mandi dengan muka bersedih)
Rharha : “Yes, mampus loe!”
SCENE 8
Itulah awal dari pertanda buruk Ario setiap hari diperlakukan buruk oleh mama dan saudara tirinya.
Rharha : “Mama lihat deh, gudangnya kotor banget!”
Falah : “Gampang, kita suruh Ario yang bersihin aja! ARIO… ARIO.. Sini…!”
Ario : (dengan tampang lesu dan seperti ketakutan) “Ada apa lagi Ma?”
Falah : “Kamu enggak lihat apa disini kotor banget! Inisiatif dong bersihin!”
Kemudian Sang mama dan anak kandungnya melemparkan sapu dan kemoceng kepada sang anak.
Rharha : “Cepetan kerjanya! Yang bersih!”
Lalu Sang mama dan anak kandungnya pergi meninggalkan gudang dan sang anak itu sendirian. Sang anak menyapu gudang tersebut sembari meratapi nasibnya.
Rharha : (menginjak-injakan kaki ke lantai) “Iiiih, kok masih kotor sih! MAAAMAAAAA..”
Falah : (Datang kepada anak kandungnya) “Kepana Nak?”
Rharha : “Lihat Ma, masih kotor!”
Falah : “Kamu gimana sih kerjanya! Enggak bener!”
Sang mama dan anak kandungnya menendang-nendang dan memukul menggunakan sapu dan kemoceng kepada Ario.
Ario : (Mengerang kesakitan)
Falah : “Dasar anak tidak tahu di untung! Pergi sana!”
Rharha : “Tidak tahu malu kamu! Tidak pantas kamu berada disini!”
Lalu Ario melarikan diri dari Ibu dan saudara tirinya.
SCENE 9
Karena tidak tahu akan tujuan, kemudian sang anak tersebut pergi pada suatu masjid, lalu ia merenungi akan nasibnya, tiba-tiba ada seorang Kyai menghampiri dirinya.
Hafizhan : “Nak, wajahmu kok murung sekali, ada apa gerangan?”
Ario : (Menceritakan semua kejadian yang telah terjadi kepadanya)
Hafizhan : “Tenang saja Nak, tidak usah khawatir sebentar hidupmu akan kembali seperti
sedia kala.”
Ario : “Hah? Maksudnya?”
Hafizhan : “Masak kamu tidak bisa menangkap arti dari perrkataanku tadi?”
Ario : “Lalu bagaimana bisa?”
Hafizhan : “Sudah-sudah makanya kamu tenang dulu.”
Ario : “Dulu saya tidak pernah disiksa seperti ini setelah kepergian ibu hidup saya
Semuanya menjadi berubah dratis.”
Hafizhan : “Ehmm.. (menyodorkan tasbih) bawalah ini selalu selama kamu pergi, ingat
Bapak yakin kamu bisa menjaga ini hingga Bapak kembali pada suatu saat.”
Ario : (wajah kebingungan) “Ehm.. terima kasih Pak.”
SCENE 10
Di rumah pengusaha kaya tersebut Sang janda dan anaknya mempunyai rencana jahat terhadap anak tiri mereka, mereka berencana untuk melenyapkan anak tiri mereka, hingga suatu hari di rumah Om dukun.
Acha : “Ada apa kalian datang kesini lagi? Heh?”
Falah : “Ehm... Begini Om, saya mempunyai rencana baru!”
Acha : “Haah? Apa lagi yang kalian inginkan?”
Rharha : “Jadi gini Om, saudara tiri saya ingin kami lenyapkan agar harta warisannya
Lalu jatuh di tangan kami.”
Acha : “Hahahahaha... Oke, tunggu sebentar.”
Sang dukun menjampi-jampi anak tiri tersebut, sedangkan di sisi lain, di tempat yang berbeda sang anak langsung menerima serangan sang dukun.
Ario : (kesakitan) “Kyai tolong aku!”
Hafizhan : “Astagfirullahal’adzim, Kenapa kau Nak?” (melafalkan ayat-ayat al-Qur’an
Untuk menolong anak tiri tersebut)
Ario : “Gimana Kyai? Apa yang terjadi pada diri saya ini?”
Hafizhan : “Jadi ada yang ingin berbuat jahat kepadamu dengan ilmu syaitan! Ini sudah
Keterlaluan, akan saya kembalikan lagi kepada mereka apa yang mereka
Kirimkan kepadamu ini. Pegang terus tasbih yang telah saya berikan
Kepadamu! Itu bisa menangkal pengaruh sihir mereka!”
Lalu terjadilah perang antara Kyai dengan Om dukun dari kejauhan.
Hafizhan : “Mau apa kamu mengganggu anak ini?”
Acha : “Hahahahaha, jangan ikut campur kau! Ini bukan urusanmu!”
Hafizhan : “Menolong sesama muslim yang membutuhkan itu adalah menjadi urusanku.
Sebenarnya apa maumu?”
Acha : “Aku hanya sekadar melaksanakan apa yang diinginkam klienku yaitu
Membunuh bocah tersebut. HAHAHAHA.”
Hafizhan : “Oke kalau begitu, kalau kamu berani, temui aku di puncak Gunung Tidar
Sekarang juga.”
Acha : “Siapa takut!!!!!”
Mereka pun bertemu di puncak Gunung Tidar dan perang itu semakin menjadi-jadi dan....
Acha : (melakukan serangan kepada Kyai) “Terima ini..! Hahahaha”
Hafizhan : (jatuh tersungkur) “Aaaah... Kebenaran pasti akan tetap menang.”
Acha : (melakukan serangan kembali) “Omong kosong kamu!”
Hafizhan : (mengumpulkan kekuatan dan menyerang) “Bismillahirrohmannirrohim... “
Acha : (jatuh tersungkur dan kesakitan) “Kurang ajar kamu!”
Hafizhan : (Tetap melakukan penyerangan dengan doa-doanya)
“Bimillahirrohmannirrohim... “
Acha : (Tidak berdaya lagi untuk melawan Kyai)
Sang dukun pun sudah tidak mampu melawan Kyai dan akhirnya sang dukun pun kalah dan meninggal akibat serangan Kyai. Janda dan anaknya pun langsung pergi meninggalkan tempat tersebut setelah mengetahui dukun tersebut kalah.
Hafizhan : “Sekarang kamu sudah aman Nak!”
Ario : “Terima kasih banyak Pak Kyai.”
Hafizhan : “Mari kita beri tahu ayahmu tentang hal ini.”
SCENE 11
Di rumah pengusaha kaya...
Rharha : “Gimana Ma, kita kalah!”
Falah : “Tenang kita masih punya Papa yang tidak tahu apa-apa tentang
hal ini!”
Tiba-tiba pengusaha kaya itu pulang dari kepergiannya.
Rharha : “Papa, Papa, tolong aku Pa!”
Falah : “Ada yang mengganggu kehidupan rumah tangga kita, Pa!”
Fauzan : “Eitss, tunggu dulu! Siapa kalian? Kenapa kalian bisa masuk di rumah saya?”
Rharha ; “Papa kok gitu sama anak dan istri Papa sendiri?”
Fauzan : “Saya tidak pernah mengenal kalian, apalagi untuk menikahi kalian!”
Pelet dari Om dukun pun hilang setelah Om dukun tersebut kalah. Tiba-tiba, anak tersebut datang bersama Kyai untuk menemui pengusaha kaya tersebut.
Ario : “Papa? Papa sudah pulang?”
Fauzan : “Iya Nak, papa kangen sama kamu! Siapa orang-orang ini Nak?”
Ario : “Mereka adalah istri dan anak papa? Papa tidak ingat?”
Fauzan : “Seingat papa, papa tidak pernah menikah lagi setelah
Almarhumah mamamu.”
Hafizhan : (menceritakan kejadian yang sebenarnya)
Fauzan : “Oh jadi begitu! Pergi sana! Kau telah menghancurkan kehidupan keluagaku.”
Falah : “Papa. Aku sayaaaaang papa dan anak kita.”
Fauzan : “Omong kosong kamu, pergi sana!”
Rharha : “Papa... Jangan usir kami dari rumah ini. Kumohon Papa....”
Fauzan : “Tidak mau tahu saya, pergi sana kalian berdua dari kehidupan keluargaku.”
Pergilah janda dan anaknya.
Hafizhan : “Ohya Pak, maaf saya harus pergi menunaikan ibadah haji saya yang ke-4,
Saya harap Bapak bisa menjaga anak Bapak dengan baik.”
Fauzan : “Tenang saja Pak, akan saya jaga baik-baik anak saya satu-satunya ini.”
Ario : “Saya pasti akan merindukan Pak Kyai!”
Hafizhan : “Semua akan baik-baik Nak, jaga dirimu ya!”
Berangkatlah Kyai tersebut untuk menunaikan ibadah haji. Dan akhirnya keluarga pengusaha kaya hidup bahagia. Namun ternyata, ada ancaman yang mereka tidak mengetahui yaitu...
Acha : “Akhirnya aku bisa kembali pulih setelah sekian lamanya.... akan aku balas
Perbuatan mereka padaku, lihat saja nanti. Hahaha.”
***
Selama kita latihan, kita make lab biologi homebasenya Hafizhan. Kita juga di bantu sutradara Afrizal anak kelas XI IA 1. Jiwa actnya dia bagus banget. Gua di suruh tambah centil lah, harus serius latihan enggak boleh ketawa-ketawa. hihihi gua ngerasa canggung banget -,- gua ngerasa ekspresi gua tuh enggak ada bagus-bagusnya.
Kelompok gua, kelompok sisa, jadi satu-satunya kelompok di kelas gua yang di tontonin 5 kelas.
Hm, kata Hafizhan sih ini harus dijadikan suatu kesempatan buat kita buat tampil maksimal demi nama kelas. hhihihihi
Pas kita mau tampil, huhuhu tiba-tiba aja laptopnya Hafizhan yang buat setting musiknya ngehang hadu -,-
Tapi dengan usaha keras kita, Laptopnya pun mau nyala juga.
Gua, jabat tangan satu per-satu kelompok gua ngucapin semangat. hahaha tangannya dingin semua! Terutama Ario hahahaha, gua juga sih, tapi gua becanda-becanda terus buat ngilangin rasa gerogi gua xoxoxoxo.
saat yang di tunggu-tunggu pun tiba, giliran kelompok gua tampil.
Gua keluar ..
Buju busyet dah, banyak banget penontonnya, langsung pada sorak! (aah bodo amat) gua tetep tampil dengan sok pedenya.
Alhamdulillah selesai juga penilaian drama ini. kelompok gua dinobatin jadi penataan musik terbaik, hafizhan jadi pemain pembantu cowok terbaik, Ario jadi nominator pemain utama terbaik, gua juga jadi nominator pemain pembantu cewek terbaik. hihihi
thanks ALLAH SWT.
No comments:
Post a Comment